MAKALAH KONSEP KINERJA - tugas wawasan kependidikan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
HALAMAN JUDUL
MAKALAH
WAWASAN PENDIDIKAN
“KONSEP KINERJA”
DOSEN PENGAMPU : Dr. I Gede Suditha, S.Pd.,M.Pd.
KELOMPOK :
Lisanti
Zeftiatul Ana ; 1815011002
Rinayatul
Sofia ; 1815011003
Putri
Iraman Daeli ; 18150110
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan bimbinganNya, kami dapat menyelesaikan makalah Wawasan
Kependidikan yang judul “Konsep Kinerja” dengan baik dan lancar. Makalah ini
kami buat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Wawasan Kependidikan dan
tentunya dalam proses pembuatannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari
pihak-pihak tertentu, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd. M.Pd, selaku dosen pengajar mata kuliah Wawasan Kependidikan.
2. Teman- teman kelompok yang telah
membantu.
Kami berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan mengenai lingkup daei seuah konsep kinerja. Selain itu kami berharap makalah ini dapat
menjadi bahan studi untuk selanjutnya.
Makalah
ini sepenuhnya jauh dari kata sempurna sehingga dibutuhkan saran dan kritik
dari pembaca demi perkembangan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga
makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita dan khususnya pembaca.
Singaraja, 13 Mei 2019
Penulis
DAFTAR ISI
BAB III PENUTUP. 16
BAB I PENDAHULUAN
Kinerja merupakan
bagian yang sangatpenting
dan menarik karena terbukti
sangat penting manfaatnya, suatu
lembaga menginginkan
karyawan untuk bekerja
sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai hasil kerja yang baik, tanpa adanya
kinerja yang baik
dari seluruh karyawan, maka
keberhasilan dalam mencapai tujuan akan sulit tercapai. Kinerja pada
dasarnya mencakup sikap
mental dan perilaku yang
selalu mempunyai pandangan
bahwa pekerjaan yang
dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas daripada pelaksanaan
pekerjaan masa lalu,
untuk saat yang
akan datang lebih berkualitas daripada saat
ini. Suatu kinerja berhubungan pula dengan dunia pendidikan dalam
kaitannya yaitu seorang guru dalam menciptakan suatu mutu pendidikan yang
berkualitas.
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang menentukan
martabat atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu
bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat negara tersebut di
antara Negara-negara di dunia. Oleh karena itulah, bangsa yang maju akan selalu
menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti meningkatkan anggaran
pendidikan, menyelenggarakan berbagai lomba dalam berbagai aspek pendidikan,
atau mengirimkan para tunas bangsa untuk menimba ilmu di negara lain. Beragam
upaya ini dilakukan karena kesadaran akan pentingnya pendidikan, dan keyakinan
bahwa bangsa yang mengabaikan pendidikan akan menjadi bangsa yang tertinggal,
yang akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, untuk
menjadi sebuah bangsa yang kuat dan mampu bersaing dalam dunia pendidikan, maka
diperlukan seorang guru professional dengan segala keterampilannya dalam kiner
sehingga mampu menjadikan pendidikan
lebih baik dan berkualitas.
1.
Apa yang dimaksud dengan kinerja ?
2.
Apakah definisi dari guru?
3.
Bagaimana keterkaitan antara kinerja dan guru?
4.
Apakah itu guru profesional?
5.
Bagaimana motivasi yang dipakai seorang guru dalam memperoleh
kinerja yang baik dalam keberhasilan belajar?
6.
Bagaimana masa kerja dari seorang guru?
1.
Mengetahui maksud kinerja .
2.
Mengetahui definisi dari guru.
3.
Mengetahui keterkaitan
antara kinerja dan guru.
4.
Memahami sifat guru profesional?
5.
Mengetahui motivasi yang dipakai seorang guru dalam memperoleh
kinerja yang baik dalam keberhasilan belajar?
6.
Mengetahui masa kerja dari seorang guru?
BAB II PEMBAHASAN
Istilah kinerja bersal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja nyata) yang dicapai seseorang. Secara terminology,
pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Nawawi, 1985;238). Kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan daam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi (Siagian, 2000;111). Dari konteks
tersebut kinerja guru yang dikemukakan adalah tingkat pelaksanaan kerja yang
dilakukan karyawan berdasar tujuan, misi dan visi organisasi.
Lebih lanjut, Maler (Kusumastuti,2001:75) menyatakan bahwa :
“kinerja sebagai unjuk kerja yaitu sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan. Perbedaan unjuk kerja antar individu dalam situasi kerja
adalah akibat adanya perbedaan karakteristik individu dan situasi yang
berbeda.” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa unjuk kerja terutama
dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor individu dan situasi. Drucker (2002:30)
mengemukakan bahwa performance dipengaruhi oleh motif-motif individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dia juga mengemukakan bahwa kinerja
mempunyai lima dimensi yaitu :
1.
Dimensi fisiologis; yaitu manusia akan bekerja dengan baik bila
bekerja daam konfigurasi operasional bersama tugas dan ritme kecepatan sesuai
dengan kekuatan fisiknya.
2.
Dimensi psikologis; yaitu bekerja merupakan ungkapan kepribadiannya
karena seseorang yang mendapatkan kepuasan kerja akan berdampak pada kinerja
yang lebih baik.
3.
Dimensi social; yaitu bekerja dapat dipandang sebagai ungkapan
hubungan social diantara sesame karyawan.
4.
Dimensi ekonomi; yaitu bekerja adalah kehidupan bagia karyawan.
Imbalan jasa yang tidak sepadan dapat menghambat atau memicu karyawan dalam
berprestasi.
5.
Dimensi keseimbangan; yaitu keseimbangan antara apa yang diperoleh
dari pekerjaan dengan kebutuhan hidup akan memacu seseorang untuk berusaha
lebih giat guna mencapai keseimbangan.
Dimesi ini disebut dengan dimensi kekuasaan pekerjaan karena
ketidakseimbangan dapat menimbulkan konflik yang dapat menurunkan kinerja.
Menurut Gibson
(Sutisna, 1999;23) terdapat empat faktor yang diukur dalam penilaian
performance kerja sebagai berikut :
1.
Performance, menyangkut kemmpuan untuk promosi karyawan, prestasi
dalam menyeesaikan pekerjaan.
2.
Conformance, merefleksikan bagaimana individu bekerjasama dengan
atasan dan rekan-rekan serta kepatuhan terhadap peraturan organisasi.
3.
Dependability, meluhat sejuh mana tingkat kedisiplinan karyawan
terhadap aturan yang ditetapkan dan disetujui oleh karyawan sendiri.
4.
Personal adjustment, melihat bagaimana kemapuan karyawan dari segi
emodional untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
Menurut Undang- undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang dibutuhkan secara
dikotomis tentang pendidikan. Pada bab XI tentang pendidik dan tenaga
kependidikan. Dijelaskan pada ayat 2 yakni pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
Hasil motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Dri Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani
maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri
memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang
mandiri. Drs. Moh. Uzer Usman (1996: 15) guru adalah setiap orang yang bertugas
dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan
formal. Guru sekolah dasar adalah guru yang mengajar dan mengelola administrasi
di sekolah itu. Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah
laku yang diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah
berjiwa Pancasila. Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan
serta dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis. Sebagai profesi,
guru memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada guru, yaitu:
1.
Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat, dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat.
2.
Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Memiliki kompetensi yang
didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a sytenatic bady of knowledge).
4.
Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku
anggota beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode eti
tersebut.
5.
Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada
masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak
memperoleh imbalan finansial atau material.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan
sentral dalam pelaksanan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru
akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan
dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sorotan
tersebut lebih bermuara kepada
ketidakmampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara
pada menurunnya mutu pendidikan. Banyak hal yang perlu menjadi bahan
pertimbangan, bagaiamana kinerja guru kan berdmpak kepada pendidikan bermutu.
Melihat sisi lemah dari system pendidikan nasional, dengan gonta-ganti
kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada
guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis
bagi guru dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan
tersebut.
Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal
dan tidak demikina halnya guru profesional. Selain itu kinerja guru juga sangat
ditentukan oleh output atau keluaran dai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga mempunyai tanggung
jawab dalam menciptakan guru berkualitas dan tentunya suatu ketik berdampak
kepada pembentukan sumberdaya manusia (SDM) berkuaitas pula. Kinerja terbentuk
bilamana masing-masing struktur memiliki
dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing. Guru yang baik tidak akan pernah
putus asa, dan menjadikan sebuah kritikan setiap orang sebagai motivasi dalam
melakukan perbaikan yang akan datang. Hasibuan (1997;48) mengemukakan bahwa
tidak kurang dari 11 dimensi kerja yang biasa dinilai, yaitu kesetiaan,
prestasi kerja, kejujuran, kedisipinan, kratifitas, kerja sama, kepemimpinan,
kepribadian, prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab. Pendapat Sergivanni et.al.
(1987;100) menyatakan bahwa kinerja guru erat kaitannya dengan peningkatan
pemberdayaan guru tersebut dimana guru harus ddapat mengkritisi kurikulum
secara mandiri, daoat mengeola kelas dan bahan ajarnya serta dapat meningkatkan
cara mengajarnya secara efisien. Sesuai dengan yang dikemukakan bahwa kualitas
produktifitas kinerja guru dapat dilihat dari sikap dalam pelaksanaan tugas
pendidikan dan pengajarannya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dn
sikap yang dimiiki seseorang serta penerapannya didalam pekerjaan, sesuai
dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Dengan demikian
kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang
sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru adalah suatu
pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati
bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi
seseorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Berbagai masalah
yang berkaitan dengan guru adalah antara lain adanya kberagaman kemampuan guru
dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan, belum adanya alat ukur
yang akurat untuk mengetahui kemampuan guru, pembinaan yang dilakukan belum
mencerminkan kebutuhan, kesejahteraan
guru yang belum memadai. Jika hal tersebut tidak segera diatasi maka akan berdampak
pada rendahnya kualitas pendidikan. Sehubungan dengan hal itu, Undang-undang
No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi Perintisan
Pembentukan Badan Akreditasi dan Sertifikasi Mengajar di daerah merupakan
bentuk dari upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan secara Nasional.
Berdasarkan uraian diatas, direktorat jenderal pendidikan dasar dan
menengah, departemen pendidikan nasional menerapkan standar kompetensi guru
yang berkaitan dengan : (1) komponen kompetensi pengeolaan pembalajaran dan
wawasan pendidikan, (2) komponen kompetensi akademik/vokasional sesuai materi
pembelajaran, (3) pengembangan profesi. Tujuan adanya kompetensi guru adalah
sebagai jaminan dikuasainya tingjat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang
bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara professional, dapat dibina secara
efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap
proses pembelajaran dengan sebaik-baiknyasesuai bidang tugasnya. Adapun
manfaatnya yaitu sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan
diklat, dan pembinaan maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi
guru dalam evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga
kependidikan.
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam
melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan
lingkungan lingkungan, sarana dan prasarana, serta sebagai latihan yang
dilakukan guru. Pada zaman sekarang Nampak bahwa pendidikn dihadapkan pada
tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif. Praktik
pembelajaran yang terjadi sekarang masih didominasi oleh pola atau pradigma di
abad industri. Pada abad pengetahuan paradigm yang digunakan jauh berbeda
dengan abad industri. Galbreath (supriadi, 2001;2) mengemukakan bahwa
pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad pengetahuan adalah pendekatan
campuran, yaitu perpaduan anatar pendekatan belajar dari guru, belajar dari
siswa lain dan belajar pada diri sendiri. Berikut adalah tabel perbandingan
praktek pembelajaran di abad industri dan abad pengetahuan :
|
NO
|
ABAD
INDUSTRI
|
ABAD
PENGETAHUAN
|
|
1
|
Guru
sebagai pengarah
|
Guru
sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan.
|
|
2
|
Guru
sebagai sumber pengetahuan.
|
Guru
sebagai kawan belajar.
|
|
3
|
Belajar
diarahkan oleh kurikulum.
|
Belajar
diarahkan oleh siswa kulum.
|
|
4
|
Belajar
dijadwalkan secara ketat dengan waktu yang terbatas.
|
Belajar
secara terbuka, ketat dengan waktu yang terbatas fleksibel sesuai keperluan.
|
|
5
|
Terutama
didasarkan pada fakta.
|
Terutama
berdasarkan proyek dan masalah.
|
|
6
|
Bersifat
teoritik, prinsip-prinsip dan survei.
|
Dunia
nyata, dan refleksi prinsip dan survei.
|
|
7
|
Pengulangan
dan latihan.
|
Penyelidikan
dan perancangan.
|
|
8
|
Aturan
dan prosedur.
|
Penemuan
dan penciptaan.
|
|
9
|
Kompetitif.
|
Kolaboratif.
|
|
10
|
Berfokus
pada kelas.
|
Berfokus
pada masyarakat.
|
|
11
|
Hasilnya
ditentukan sebelumnya.
|
Hasilnya
terbuka.
|
|
12
|
Mengikuti
norma.
|
Kenekaragaman
yang kreatif.
|
|
13
|
Komputer
sebagai subjek belajar.
|
Komputer
sebagai peralatan semua jenis belajar.
|
|
14
|
Presentasi
dengan media statis.
|
Interaksi
multimedia yang dinamis.
|
|
15
|
Komunikasi
sebatas ruang kelas.
|
Komunikasi
tidak terbatas ke seluruh dunia.
|
|
16
|
Tes
diukur dengan norma.
|
Unjuk
kerja dinilai oleh pakar, penasihat, kawa sebaya dan diri sendiri.
|
Ada empat setandar pengembangan propesi guru:
1.
Setandar pengembangan propesi A
Pengembangan perofesi untuk para guru sains yang diperlukan melalui
perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri.
2.
Setandar pengembangan profesi B
Pengembangan
perofesi untuk guru sains memerlukan pengintgrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan,
dan siswa juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains.
3.
Setandar pengembangan profesi C
Pengembangan
peropessi guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk
pembeajaran sepanjang masa.
4.
Setandar pengebangan peropesi D
Program-program
propesi untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu.
Untuk menjadi guru profesional, seorang guru dituntut untuk memiiki
5 hal:
1. guru mempuyai komitmen
pada siswa dan proses belajarnya,
2. guru menguasai secara
mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya
serta mengajarkannya pada siswa.
3. guru bertanggung jawab membatu hasi belajar
sisa mealui berbagai cara evaluasi.
4. guru mampuberfikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengaamannya
5. guru seyogiaya merupakan
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Kemandirian
seorang guru dicirikan dengan dimilikinya kemampuan untuk membut pilihan nilai,
dapat menentukan dan mengambil keputusn sendiri dan dapat mempertnggungjawabkan
keputusan yang dipilihnya, memiiki rasa pengabdian kepada masyarakat. Oleh
karana itu menjadi seorang pendidik memiiki peran penting dalam mencerdaskn
kehidupan masyarakat tersebut.
Ciri-ciri guru profesional
di uraikan menjadi 5 kelompok yang disebut komponen :
1.
Komponen afeksi seperti Sabar serta bijaksana, Ulet dan
gembira, Siap dikeritik dan rendah hati,
Beriman dan memiliki moral yang baik,
dan Berusaha berbicara yang jelas dan melirik
2.
Komponen penguasaan ilmu pengetahuan yang mencangkup ciri-ciri :
mengalami pendidikan formal dalam waktu lama, memiliki pengetahuan tertentu
yang spesifik, mendalami dan memperluas pengetahuan dalam bidangnya secara
terus menerus dll.
3.
Komponen penyajian bahan pelajaran yang mencangkup ciri-ciri : menanamkan
cara berfikir ilmia pada murit-murit mengembangkan kereativitas murit dan
kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menghadapi masa mendatang
4.
Komponen hubungan guru dengan murit yang mencangkup ciri-ciri:
kenal akan keadaan setiap murit baik kemapuan belajarnya dan keadaan
ekonominya, sensitive dengan keadaan murit , menaruh belas kasihan kepada murit
dalam situasi-situasi
5.
Komponen hubungan guru dengan orang-orag dewasa yang mencangkup
ciri-ciri : menjadi anggota organisasi profesi, bergaul dan berteman baik
dengan kawan-kawan sprofesi, dengan masyrakat, peribadi guru menjadi contoh di
masyarakat.
Motivasi didefenisikan sebagai “penguat alasan, daya batin,
dorongan” (Echols dan shadily, 1993:386). Motivasi adalah konsep yang
menguraikan kekuatan-kekuatan yang ada dalam individu untuk mengurai dan
mengarahkan perilaku (Gibson, ivancevich dan Donelly, 1992;94). Motivasi
merupakan unsur psikologi bagi seorang guru dalam rangka untuk keberhasilan dalam mengajar. Guru yang
tidak mempunyai motivasi mengajar tidak akan berhasil dalam mengajar. Guru
mempunyai motivasi karena terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang timbul akibat
dari hubungannya dengan sekolah, sebagaimana dijelaskan oleh Buchari zainun
(Supriadi, 2000;65), bahwa beraneka ragam kebutuhan timbul akibat adanya
beberapa macam hubungan dengan organisasi.
Sedarmayanti (2006;67) mendefenisikan “motivasi adalah kondisi
mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan”.
Hasibuan (2000;12) mendefenisikan “motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,
efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Gibson et.al. (1995;69), mendefenisikan “motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku”.
Motivasi merupakan hasrat didalam sesorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan tindakan. Motivasi merupakan penggerak yang yang mengarahkan pada
tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan tindakan. Siagian
(2001;83) mengemukakan adanya beberapa indikator orang bermotivasi kerja
tinggi, yaitu sebagai berikut :
1.
Tekun menghadapi tugas.
2.
Ulet menghadapi kesulitan.
3.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4.
Lebih senang bekerja mandiri.
5.
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
6.
Dapat mempertahankan pendapat.
7.
Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini.
8.
Senang mencari dan memecahkan masalah/hambatan
Motivasi berarti sesuatu yang dilahirkan dari berbagai pengalaman,
contohnya seorang pria bercita-cita untuk menjadi guru karena ia kagum terhadap
para pendidiknya dimasa lau. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep motivasi ini
diajarkan melalui konteks spiritual sengan memakai istilah yang berbeda, yakni
iman atau harapan.
Stoner (1992;440) mengemukakan pengertian motiasi sebagai
berikut:“Motivation is the factor that cause, channel, sustain, and individual
behaviour, motivasi adalah faktor-faktor yang menyebabkan, berhubungan dan
menyokong tingkah laku seseorang. Hasibuan (1993;92) memandang, motivasi
sebagai dorongan atau daya penggerak agar seorang manusia bekerja keras dengan memberikan
semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi”.
Robbins (1998) mendefanisikan motivasi, “as the willingnes to exert high leves
of effort towards organizational goals, conditioned by the effort’s ability to
satisfy some individual need”.
Pengertian motivasi berdasarkan psikologi, McClelland (2000;56)
menjelaskan sebagai “an anticipation of a change in effect”. Pengertian
tersebut mengambil asumsi bahwa manusia memiliki dua kondisi emosi yang utama:
rasa senang dan rasa sakit. Sebuah motivasi muncul sebagai antisipasi akan
terulangnya sebuah kejadian yang menimbulkan rasa senang atau rasa sakit yang
pernah terjadi dimasa lalu. Perkembangan psikologi populer yang terjadi
sekarang ini adalah manusia dianjurkan untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang
menimbulkan rasa senang.
Bano (2000:56) menganjurkan
agar manusia memfokuskan diri pada aspek positif dari hidup aspek positif dari
sifat alami manusia, karena sesuatu yang negatif tidak memiliki kekuatan untuk
membangkitkan motivasi, tetapi seorang ahli lainnya tidak bepandangan serupa.
White (Gluckman, 2004:2) mengkontribusikan defenisi yang lain tentang motivasi
manusia: “Motivation is a combination of internal force and external
influence... Man is often of necessity driven by consideration distasteful to
him”.
Pengertian motivasi diatas adalah sebuah gambaran umum tentang
bagaimana motivasi berpengaruh terhadap hidup seseorang. Kecenderungan yang ada
adalah seseorang hanya memakai satu jenis pemfokusan saja, yakni pada hal positif
atau hal negatif. Mereka sangat terlihat saling bertentangansatu dengan yang
lainnya, tetapi tidak diragukan bahwa kedua-duanya dapat dimiliki secara
bergantian seiring dengan pertambahan usia.
Filosof-filosof terkenal seperti Adama Smith, Jermy Bentham dan John
Stuart Mill mencoba menjelaskan motivasi dalam hubungannya dengan usaha-usaha
manusia memaksimalkan kesenangan dan menekan kesusahan. Luthan (Ambarwati,
2001:14) menyatakan bahwa ada tiga unsur yang mempengaruhi motivasi yaitu
kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Mc Clelland (1985), seorang psikolog berkebangsaan Amerika dari
Universitas Harvard, dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktivitas
seseorang sangat ditentukan oleh “Virus mental” yang ada pada dirinya. Virus
mental adalah kondisi jiwa yang mendorong sesorang untuk mampu mencapai
prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud dari tiga dorongan
kebutuhan, yaitu: kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk memperluas
pergaulan, dan kebutuhan untuk menguasai sesuatu.
Mc Clelland (Bateman dan snell, 2002:420) mengemukakan enam
karakteristik pegawai yang mempunyai motif berprestasi tinggi:
1.
Memiliki tingkat tanggung jawab.
2.
Berani mengambil dan memikul resiko.
3.
Memikul tujuan yang realistik.
4.
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
5.
Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang
dilakukan.
6.
Mencari kesempatan untuk merealisasi rencana yang telah
diprogramkan.
Murray (Mangkunegara, 2001:87) berpendapat bahwa karakteristik orang
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.
2.
Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan.
3.
Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan.
4.
Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu.
5.
Melakukan hal yang sukar denagn hasil yang memuaskan.
6.
Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti.
7.
Melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada orang lain.
Berdasarkan pendapat Mc Clelland dan Murray, dapat dikemukakan karakteristik
guru yang motif prestasinya rendah antara lain sebagai berikut:
1.
Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan atau kegiatan.
2.
Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan
tujuan yang realistik, serta lemah melaksanakannya.
3.
Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
4.
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
5.
Tindakannya kurang terarah pada tujuan
Teori dari Mc Clelland berkaitan erat dengan konsep belajar dari
kebudayaan. Terdapat tiga kebutuhan yang dapat diperoleh seseorang dalam
kehidupan melalui aktivitas mempelajari kebudayaan, yaiitu:
6.
Kebutuhan berprestasi, yaiitu kebutuhan untuk berbuat lebih baik.
7.
Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk mengadakan, memelihara
dan memperbaiki hubungan social.
8.
Kebutuhan berkuasa, yaitu kebutuhan akan reputasi, pengaruh dan
dampak.
E.J. Donald (Komaruddin, 1999:13) membagi motivasi dalam dua jenis:
1.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang. Motivasi ini sering
disebut “Motivasi murni” misalnya, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan
berusaha diterima.
2.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri
seseorang. Misalnaya, kenaikan pangkat, pujian, hadiah dan sebagainya.
Menurut Uwes (1999:123) dalam dunia pendidikan khususnya di kampus,
guru senior ada dua macam, pertama, guru senior yang dianggap senior oleh guru
senior. Guru demikian, selain ditandai oleh pangkat, juga harus menjadi panutan
para guru junior. Dia memiliki keterlibatan yang terus menerus pada
pengembangan keilmuan, baik melalui pengajaran, diskusi, penelitian atau
pemunculan ide-ide baru dalam ilmu kependidikan. kedua, guru senior yang telah
memiliki kewenangan mandiri dalam pelaksanaan Tut Wuri Handayani. Guru senior
demikian ditandai oleh kepangkatan jabatan fungsional. menurut Uwes (1999;123)
juga dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, guru senior berfungsi sebagai
guru pembina sementara guru junior sebagai asisten pelaksana pendidikan dan
pengajaran. Dalam kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, guru
senior berfungsi sebagai supervisor atau malah ketua tim. sementara guru junior
menjadi anggota pengalaman pelaksanaan tugas guru dalam berbagai segi, dari
sejak perdiapan sampai evaluasi. Pelaksanaan bersifat magang, karena itu dalam
hal kegiatan pendidikan dan pengajaran, terbuka peluang berdiri langsung di
depan kelas, saat guru senior berhalangan.
Menurut Robbins (1998;81) seperti halnya dengan absensi, masa kerja
juga merupakan variable yang ampuh dalam menjelaskan penggantian
(dikeluarkannya karyawan). " Secara konsisten ditemukan bahwa masa kerja
berhubungan secara negatif dengan pergantian karyawan dan telah disarankan
sebagai salah satu peramal tunggal yang paling baik mengenai pergantian".
Lagi pula, konsisten dengan riset yang menyarankan perilaku masalalu merupakan
peramal terbaik dari perilaku masa depan, bukti menandakan bahwa masa kerja
pada suatu pekerjaan sebelumnya dari seorang karyawan merupakan suatu peramal
yang ampuh dikeluarnya karyawan itu di masa depan.
Bukti menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan saling berkaitan
secara positif. memang jika usia dan masa kerja diperlakukan secara terpisah,
tampaknya masa kerja akan merupakan peramalan yang lebih konsistend dan mantap
dari kepuasan kerja daripada usia kronologis.
BAB III PENUTUP
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan daam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
sedangkan guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia
pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal yang memenuhi ciri
atau karakteristik yaitu:
·
Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat
·
Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu
·
Memiliki kode etik
·
berhak memperoleh imbalan finansial atau material.
Keterkaitan antara
kinerja dengan seorang guru akan terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki dan memahami
akan tugas dan kewajiban masing-masing. Guru yang baik tidak akan pernah putus
asa, dan menjadikan sebuah kritikan setiap orang sebagai motivasi dalam
melakukan perbaikan yang akan datang.
Sikap Guru Professional
sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi minat
dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan lingkungan,
sarana dan prasarana, serta sebagai latihan yang dilakukan guru.
Masa kerja guru
merupakan peramalan yang lebih konsistend dan mantap dari kepuasan kerja
daripada usia kronologis.
Untuk kedepannya dalam penulisan makalah, segera mencari bahan
seperti buku rujukan maupun sumber – sumber pada internet agar makalah selesai
pada waktunya. Dan menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat
sederhana, dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Faturrahman pupuh, suryana aa.2012.Guru Profesional;Bandung.PT
Revika Aditama.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan populer dari blog ini
MAKALAH KONSEP IMAN, ILMU DAN AMAL
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “KONSEP IMAN, ILMU DAN AMAL” NAMA KELOMPOK 4 : 1. LISANTI ZEFTIATUL ANA ; 1815011002 2. NITA PURNAMA DEWI ; 1815011006 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan bimbinganNya, kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang judul “ Konsep Iman, Ilmu dan Amal ” dengan baik dan lancar. Makalah ini kami buat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester (UTS) pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan tentunya dalam proses pembuatannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. ...
LAPORAN HASIL SURVEI KAIN ENDEK BALI DI SINGARAJA DAN PELESTARIANNYA
SEJARAH, PENGERTIAN DAN HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGGUNAKAN TIMBANGAN DACIN
BAB II PEMBAHASAN 1.1 Sejarah Timbangan Dacin dalam Sejarah Perdagangan Nusantara. Timbangan dacin sudah ada sejak 400 atau 500 tahun sebelum Masehi di Yunani, bahkan sebelum Archimedes menemukan hukum tuas secara teoritis. Roman dan orang Cina menemukannya sekitar 200 sebelum Masehi. Namun dalam sejarah perdagangan nusantara, timbanga dacin memiliki sejarah yang begitu menarik dimana tersebar oleh kaum Tionghoa. Timbangan adalah salah satu bagian terpenting dari perdagangan . Ketika orang Tionghoa merantau ke daerah jauh dan ada yang terjun ke perdagangan , timbangan yang sekarang sudah dianggap sebagai timbangan adalah instrumen vital dalam perdagangan. Orang Tionghoa memang sudah memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional . Mereka sudah hadir lebih awal dari bangsa Barat di Nusantara. Mereka sedemikian pandai berdagang sehingga Fernand Braudel dalam "Civilization And Capitalism" menyebutkan bahwa orang Tionghoa sudah berkeliling ke b...
Komentar
Posting Komentar