MAKALAH KONSEP IMAN, ILMU DAN AMAL


MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“KONSEP IMAN, ILMU DAN AMAL”






 











NAMA KELOMPOK 4 :
1.      LISANTI ZEFTIATUL ANA           ; 1815011002
2.      NITA PURNAMA DEWI     ; 1815011006






JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan bimbinganNya, kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang judul “Konsep Iman, Ilmu dan Amal” dengan baik dan lancar. Makalah ini kami buat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester (UTS) pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan tentunya dalam proses pembuatannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Dra. Damiati, M. Kes. , selaku dosen pengajar mata kuliahPendidikan Agama Islam.
2.       Teman kelompok yang telah membantu.
            Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan bahwa betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami konsep yang ada di dalam iman, ilmu dan amal. Selain itu kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan studi untuk selanjutnya.
            Makalah ini sepenuhnya jauh dari kata sempurna sehingga dibutuhkan saran dan kritik dari pembaca demi perkembangan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita dan khususnya  pembaca.



























BAB I PENDAHULUAN

Setiap manusia mempunyai tujuan dalam hidupnya, sehingga apapun yang dilakukan dalam hidup akan lebih berarti dan bermakna. Dalam hal tersebut manusia di bekali dengan suatu kepercayaan sebagai tempat berkaca dan mengambil tindakan. Konsep kehidupan juga menunjukkan manusia yang memiliki kepercayaan akan mempunyai keharmonisan terhadap suatu yang diyakininya yaitu Tuhan. Manusia akan melakukan apa yang harus dijalankan dan menghindari apa yang sudah dilarang oleh suatu kepercayaan yang diyakini. Di Indonesia sendiri terdapat enam kepercayaan atau agama yang dapat dianut yaitu Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha dan Konghuchu. Semua kepercayaan tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengharapkan pahala dari Tuhan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Islam sebagai agama tidak hanya memuat seperangkat konsep–konsep ideal (ilmu). Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk diaktualisasikan (diterapkan) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, manusia muslim harus memiliki sebuah iman yang mampu mempertahankan kayakinannya terhadap Allah lewat tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran pada kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu mengindahkannya, titik ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang menentukan kerja amal manusia sesuai dengan kebenaran. Sebagai sarana pendekatan diri pada kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan secara masif mendekatkan dirinya melalui pencarian kebenaran atau pembelajaran. Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka ilmu akan senantiasa membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai adalah manusia yang melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan menjadi hidup dengan membumikan ilmu dalam pola pikir dan pola tindak manusia. Manusia harus melaksanakan amal-amal perbuatan dalam kehidupan untuk mendapatkan Ridho-Nya. Amalan-amalan dapat dilakukan melalui tindakan yang termasuk dalam rukun Islam dan rukun iman. Segala sesuatunya dapat berjalan secara berkesinambungan dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu, iman yang merupakan bagian integral dari ajaran islam pengertiannya harus secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu.Itulah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip dalam hidup kita. Hidup manusia tidak akan sempurna apabila salah satu dari iman, ilmu dan amal tidak dimiliki, di asah, dan diperbaiki. Keyakinan kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmu yang tidak melahirkan amal umat shaleh dalam kehidupan tidak ada artinya juga. Untuk mengetahui lebih anjut tentang iman, ilmu dan amal, maka Penulis membuat makalah dengan judul “Konsep Iman, Ilmu dan Amal”.

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1.      Apakah pengertian dari Iman, Ilmu dan Amal ?
2.      Bagaimana hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal ?

Memiliki tujuan untuk mengetahui konsep dari iman, ilmu dan amal dan memahami hubungan di antara ketiganya sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan iman, ilmu dan amal sehingga dapat bertingkah laku yang benar dalam kehidupan.


1.      Pengertian Iman.
Iman adalah kepercayaan atau keyakinan. Menurut bahasa, iman adalah pembenaran dalam hati. Sedangkan menuut istilah iman adalah membenarkan dengan hati, membenarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.
2.      Rukun Iman.
a.       Iman Kepada Allah.
Pengertian Iman secara bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara Istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia nyata.
Fungsi iman kepada Allah :
·         Menambah Keyakinan
Kita tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan membuat kita masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan bersyukur kepada Allah
·         Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani perintah Allah dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan selalu ingat kepada Allah
·         Menentramkan Hati
Dalam surah Ar-Ra’ad ayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu mengingat Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya
·         Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat
Dalam Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”
·         Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Manusia yang beriman kepada Allah hati mereka menjadi tentram, hidup pastinya akan lebih bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah diselesaikan karena Allah akan membantunya.
                        Berikut adalah contoh dari perilaku iman kepada Allah :
1.      Mendirikan Sholat
2.      Menafkahkan sebagian rezeki
3.      Beriman Kepada Kita Allah
4.      Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
5.      Selalu berbuat kebajikan
6.      Mampu menahan amarah
7.      Mampu memaafkan kesalahan orang lain
8.      Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
9.      Berhenti dari perbatan keji dan tidak mengulanginya lagi
10.  Mempercayai dengan benar rukum iman
b.      Iman Kepada Malaikat Allah.
Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat. Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu:

1.   Malaikat Jibril
2.   Malaikat Mikal
3.   Malaikat Rakib
4.   Malaikat Atid
5.   Malaikat Mungkar
6.  Malaikat Nakir
7.  Malaikat Izrail
8.  Malaikat Israfil
9.  Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan

c.       Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat Allah.
Mengimami bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT ada 4 (empat) yaitu:
     Kitab Suci Taurat
     Kita Suci Zabur
     Kitab Suci Injil
     Kitab suci Al- Qur’an
Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci terdahulu.
d.      Iman Kepada Rasul Allah.
Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.
e.       Iman Kepada Hari Akhir.
Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
f.       Iman Kepada Takdir Allah.
Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.
3.      Hal-hal yang Membatalkan Iman.
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.      Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan-kekhususanNya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa’, dan mereka sekali-kali tidak mempu-nyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah [45] : 24)
2.      Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembahNya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadaNya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shalih, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan me-nambah untuk mereka sebagian dari karuniaNya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripadaNya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 172-173)
3.      Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemadharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah’. Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi? Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” (QS. Yunus [10]: 18)
4.      Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.
Begitu pula orang yang menyifati seseorang (makhluk) dengan sesuatu sifat yang khusus bagi Allah, seperti ilmu Allah. Termasuk juga menetapkan sesuatu yang dinafikan Allah dari diriNya atau yang telah dinafikan dariNya oleh RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam.
Allah berfirman kepada Rasulnya:
5.      Mendustakan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tentang sesuatu yang beliau bawa.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
 “Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulNya); kepada mereka telah datang rasul-rasulNya dengan mambawa mu’jizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaanKu.” (QS. Fathir [35] : 25-26)
6.      Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak sempurna atau menolak suatu hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan RasulNya dengan hukum yang selainnya, atau meyakini dibolehkannya berhukum dengan selain hukum Allah.
7.      Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu tentang kekafiran mereka, sebab hal itu berarti meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul Shalallaahu alaihi wasalam.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“…dan mereka berkata, Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya.” (QS. Ibrahim [14]: 9)
8.      Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atau seorang nabi, baik itu gurauan maupun sungguhan.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
 “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesung-guhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 65-66)
9.      Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang muslim.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi pemimpin yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesung-guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51)
10.  Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.
Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
11.  Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajadah [32] : 22)
1.      Pengertian Imu.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. “Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2.      Kedudukan Ilmu dalam Islam.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al Qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani (1995;; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al-sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’
Allah SWT berfirman dalam AL Qur’an surat Al Mujadalah ayat 11 yang artinya :
“Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan).dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah ,sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah:
“sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga menghubungkan ilmu dengan konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu, menjadi sangat penting, dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca, sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya: “Bacalah dengan meyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan kamu dari segumpal darah. Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat –ayat trersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepeada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal. Di samping ayat–ayat Al-qur’an, banyak  juga hadis yang memberikan dorongan kuat untuk menuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-Asuyuti,  : 44 ) :
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
1.      Pengertian Amal.
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia
Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dan sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-ah.
Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84).
2. Amal Shaleh dan Amal Jariyah.
1.      Amal saleh.
Amal saleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syariat Islam serta ikhlas karena Allah Swt semata. Amal saleh termasuk perintah Allah karena dengan beramal saleh maka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia. Amal saleh adalah perbuatan atau sikap yang harus di miliki oleh setiap muslim sebab orang yang amal saleh akan menjadi penghuni surga serta kekal didalamnya. Sebagaimana firman Allah :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”. (QS AL-Baqarah : 82)

Berikut adalah amalan-amalan shaleh yang harus dimiliki oleh manusia :
a.       Bertaqwa kepada Allah SWT.
Bertakwa adalah menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini seperti yang di jelaskan Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 197.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

"Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
            
Berikut adalah ciri-ciri orang yang bertaqwa :
·         Mengerjakan amal ibadah dengan baik seperti shalat, puasa, zakat dan dzikir.
·         Memulai sesuatau perbuatan baik dengan Basmalah dan mengahirinya dengan Hamdalah.
·         Berniatlah dengan ikhlas karena Allah setiap perbuatan baik yang hendak kita lakukan.
·         Sabar dalam menghadapi segala cobaan dari Allah.
·         Istiqomah di jalan-Nya.
·         Memaafkan kesalahan orang lain.
·         Memegang amanah dan Menempati janji.
·         Menjalani hidup penuh dengan rasa optimis dan lain-lain.

b.      Birul walidain (patuh terhadap orang tua).
Orang tua adalah orang yang telah berjasa kepada kita, terutama ibu, maka sudah sewajarnya sebagai anak kita berbakti kepada kesua orang tua kita selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Keharusan berbakti kepada orng tua yang diajarkan dalam Islam sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu dan bapak dalam merawat dan menjaga anak-anak sejak dari kandungan hingga dewasa. Adapun wujud nyata dari berbakti kepada orang tua adalah :
·         Tidak berkata kasar kepada kedua orang tua.
·         Berlaku hormat dan santun terhadap orang tua.
·         Tidak berkata ” ah” saat di suruh orang tua.
·         Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang.
·         Mendo’akan orang tua.
c.       Berbuat baik sesama manusia.
Berbuat baik yang di maksud adalah tidak meragukan orang lain, bersikap jujur, tidak menyakiti, bersikap ramah, salin tolong menolog dalam kebaikan dan takwa dan masih banyak yang lainnya.
d.      Berbuat baik terhadap lingkungan.
Adapun wujud dari berbuat baik kepada lingkungan antara lain :
·         Memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan Sebaik- baiknya.
·         Menjaga keseimbangan alam sehingga alam tetap lestari.
·         Tidak melakukan hal- hal yang dapat merusak ekosistem yang ada di alam baik itu untuk jangka waktu dekat atau jangka waktu yang lama.
e.       Amal shaleh terhadap diri sendiri.
Misalnya :

·         Beribadah dan beramal shaleh kepada Allah Swt.
·         Tidak membiarkan diri jatuh kedalam dosa, kebinasaan, kehancuran seperti judi, zina, mencuri, narkoba, merokok, merampok dan lain-lain.
·         Saling membantu dan mengurangi penderitaan orang lain karena Allah.
·         Menjauhkan sikap tercela seperti : buruk sangka, iri, dengki, kikir, boros, adu domba dalam bergaul sesama manusia.
·         Menjauhkan sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis, penakut, tergesa-gesa dan sikap atau sifat yang jelek lainnya.
Syarat Sahnya Amal Saleh Antar lain :
1.      Amal Saleh di kerjakan dengan niat Ikhlas karena Allah Swt. Hal ini seperti yang di jelaskan Rosululloh dalam hadisnya " Allah tidak akan menerima amal melainkan yang di dasari ikhlas karena Allah dan untuk mencari ridha- Nya ".(H.R. Ibnu Majah).
2.      Amal Saleh tersebut dilakukan secara sah sesuai dengan syariat Islam. Rasulullah bersabda : " Barang siapa yang mengerjakan amal tanpa adanya dasar salam agama maka amal tersebut di tolak." (H.R Muslim).
3.      Di lakukan dengan memenuhi Ilmu. Rasulullah saw. Bersabda :" Apabila suatu urusan di serahkan kepada orang bukan ahlinya maka tanggunglah kehancurannya." (H.R. Bukhari).



2.      Amal jariyah.
Amal jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Amalan tersebut terus menghasilkan pahala yang terus mengalir kepadanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu didoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631).
Yang dimaksud dalam hadits adalah tiga amalan yang tidak terputus pahalanya:
·         Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
·         Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
·         Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu orangtuanya masih mendapatkan pahala meskipun orangtuanya sudah meninggal dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
1.      Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
2.      Anak shalih yang ia tinggalkan.
3.      Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
4.      Masjid yang ia bangun.
5.      Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun.
6.      Sungai yang ia alirkan.
7.      Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.

Dalam Islam, antara Iman, Ilmu dan Amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama Islam sebagai ajaran (paradigma) Islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama Islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu Akidah, Syari’ah dan Akhlak. Sedangkan Iman, Ilmu dan Amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap “Rukun Iman yang enam”, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada “Rukun Islam yang lima” yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya yang menghasilkan “Ihsan” - kebaikan dan kemanfaatan bagi manusia dan alam lingkungannya.
1.      Hubungan iman dan ilmu.
Beriman berarti meyakini kebenaran eksistensi dan ajaran Allah swt dan Rasulullah saw. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah swt dan Rasul saw kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari ajaran agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat egoisma pribadi (kelompok, bangsa), sombong dan semena-mena yang berakhir menjadi berakibat rusaknya tatanan hidup sosial kemasyarakatan dan meruntuhkan peradaban yang telah susah payah dibangun manusia.
2.      Hubungan iman dan amal.
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang beriman kepada Allah swt harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang artinya:
(4) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; (5) kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (6) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh (mengerjakan kebajikan) , maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. [QS At-Tin 95:4-6]
Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu. Satu sisi ada dan satu sisi lainnya tidak ada, begitu sebaliknya, maka dia tidak berharga sama sekali. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan keislamannya, begitu pula orang yang mengaku Islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.
3.      Hubungan amal dan ilmu.
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal yang lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya, sebagai mana sebuah hadits Rasul saw yang artinya:
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya memiliki Ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib memiliki Ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki Ilmu”. [HR Turmudzi].
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental dengan nuansa - nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh.
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata. Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.


BAB III PENUTUP

Iman adalah kepercayaan atau keyainan. Menurut bahasa, iman adalah pembenaran dalam hati. Iman mencakup di dalamnya adalah rukun iman yang terdiri dari 6 iman. Namun ada hal-hal yang dapat membatalkan iman, pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. “Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Amal saleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syariat Islam serta ikhlas karena Allah Swt semata. Amal jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Amalan tersebut terus menghasilkan pahala yang terus mengalir kepadanya.
Antara iman, ilmu dan amal saling berhubungan satu sama lain karena perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.


Sesungguhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu adanya perbaikan, oleh karena itu Penulis sangat membutuhkan saran dan kritikan dari Pembaca demi perkembangan makalah ini selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan ideologis pengembangan nasionalisme Indonesia.

CARA MEMBUAT POSTER DENGAN PHOTOSHOP